Hidup memang bagai roda, aku lihat anak-anak kecil bermain sepeda menyusuri jalanan gang yang sudah terpasang paving block dengan rapi, dan tak satupun dari anak-anak itu yang aku kenal, padahal mereka anak-anak teman-teman kecilku dulu. Hanya sebagian anak yang aku kenal dengan menerka-nerka wajah mereka yang kebetulan mirip dengan emak atau bapaknya. Dan tiba-tiba ingatanku langsung tertuju pada orang tua yang satu ini,, Mbah Ok...
Mbah Ok satu-satunya orang tua yang dulu dekat denganku yang kebetulan sampai sekarang masih sehat walafiat. Dahulu, aku dan adik-adikku dititipkan di rumah mbah Ok selagi kedua orang tuaku bekerja. Dan di rumah mbah Ok itulah banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga masa kecil yang aku miliki. Bermain di ladang tebu, menyusuri pamatang sawah, hingga berlari-lari di atas rel kereta api dikejar-kejar pak tani gara-gara teman-temanku mencuri buah semangka mini.
Di tempat mbah Ok aku sering makan nasi jagung dengan lauk Bethithi, Oseng-oseng Pedha dan Jangan Meneer, yang nggak pernah aku temui di rumah ibuku. Dirumah mbah Ok nggak ada piring dari beling, doralex, atau keramik, begitu juga dengan gelasnya. Kami biasa makan dengan piring seng dan gelas plastik yang sudah dekil tanpa menggunakan sendok atau garpu, tapi makan rame-rame bersama anak-anak mbah Ok rasanya sangat nikmat walau dengan lauk sederhana.
Lebaran kemarin aku serbu rumah mbah Ok, siapa tau ada menu nasi jagung lagi, ternyata mbah Ok sekarang menanak nasinya sudah pakai magic com, masaknya juga pakai kompor gas, dan di pojok dapurnya juga sudah berdiri kokoh kulkas dua pintu yang isinya full buah-buahan dan aneka macam minuman kaleng..
Yah,,, anak-anak mbah Ok memang sudah pada sukses, syukurlah...
Tapi rasa kecewaku bisa sedikit terobati, karena aku masih bisa menikmati jagung bakar hasil kebun mbah Ok kali ini. Nggak ada nasi jagung, jagung bakarpun jadi. Thank you mbah Ok.
2 komentar:
Emang kampungnya di mana ndok,sp tw satu kampuang..kanbisa pulang sama2
di blok Cepu-Bojonegoro pakde,,, baca juga "Tentang Kampungku". Lha,sampeyan kampunya mana?
Posting Komentar